Kuningan Forwades.com– Puluhan warga Desa Sidamulya, Kecamatan Jalaksana, menyatakan penolakan total terhadap keberadaan sebuah tower telekomunikasi yang telah berdiri di desa mereka. Penolakan ini dipicu oleh rasa kecewa dan merasa ditipu lantaran peruntukan awal bangunan disebut-sebut akan digunakan sebagai warung telekomunikasi (wartel), namun kenyataannya berubah menjadi tower seluler.
Menurut Jojon, salah seorang warga yang terkena dampak langsung, awalnya warga menyetujui pembangunan tersebut karena diyakinkan bahwa bangunan itu hanya akan difungsikan sebagai wartel.
"Awalnya kami diyakinkan ini untuk wartel, fungsinya sosial. Tapi tiba-tiba yang dibangun itu tower tinggi. Kami merasa ditipu oleh pemilik," ujar Jojon dengan nada kecewa.
💸 Kompensasi Tak Manusiawi
Selain masalah penipuan peruntukan, kemarahan warga juga memuncak akibat kompensasi yang dinilai tidak layak dan jauh dari kata pantas. Warga hanya menerima kompensasi sebesar Rp100.000 (Seratus Ribu Rupiah) yang berlaku untuk jangka waktu 10 tahun.
"Bayangkan, Rp100 ribu untuk 10 tahun. Itu artinya hanya Rp10 ribu per tahun. Kompensasi itu sangat tidak manusiawi, apalagi dampak dari tower ini sekarang sudah sangat kami rasakan," tegas Jojon.
Minta Kepala Desa Bertindak
Warga terdampak kini meminta Kepala Desa Sidamulya ,Omon , untuk mengambil sikap tegas dan berpihak kepada warganya. Mereka mendesak agar Kepala Desa ikut memperjuangkan aspirasi mereka dengan tidak memberikan perpanjangan atau izin operasional terhadap tower tersebut.
Penolakan ini didasarkan pada dampak negatif yang kini mulai dirasakan warga, meskipun Jojon tidak merinci spesifik dampak yang dimaksud, ia menegaskan bahwa keberadaan tower tersebut sangat terasa mengganggu.
"Kami minta Bapak Kepala Desa untuk berdiri bersama kami. Jangan beri izin lagi. Dampaknya sudah sangat terasa di lingkungan kami. Kami ingin tower ini ditutup total," pungkas Jojon, mewakili aspirasi warga Sidamulya.
sementara itu, kepala desa Sidamulya Omon membenarkan , bahwa beberapa warga sudah menyampaikan keberatan adanya tower tersebut dan telah melakukan mediasi antara kordinator lapangan ( wakil vendor, red ) , pemilik lahan dan warga terdampak, namun belum ada kesepakatan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak pemilik tower maupun pemilik lahan terkait tuntutan dan penolakan keras dari warga ini. ( Bul )


